POPULASI
Jatinangor, 14 juni 2017
Hello everyone, this
time I will post something about the population (more precisely about the
coconut crab population/kepiting kenari in Indonesian/Birgus latro).
Sebelum membahas lebih spesifik
lagi, kita akan membahas mengenai populasi itu sendiri. Menurut Riska 2012,
Populasi merupakan semua orang yang bertempat tinggal pada suatu tempat. Dalam
ekosistem, yang dimaksud populasi adalah semua individu sejenis yang menempati
suatu daerah tertantu. Suatu organisme disebut sejenis apabila memenuhi
persyaratan sebagai berikut :
• Menempati daerah atau
habitat yang sama;
• Mempunyai persamaan
morfologi, anatomi, dan fisiologi;
• Mampu menghasilkan
keturunan yang fertil, yaitu keturunan yang mampu berkembang biak secara kawin.
Menurut Dr. Ir. Adji
Sastrosupadi, MS Populasi adalah keseluruhan bahan atau data yang kita teliti,
misal tinggi badan mahasiswa. Menurut Nursalam Populasi dalam penelitian adalah
subjek (misal: manusia, klien) yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan.
Menurut Wahyudin Djumanta; Populasi ialah semua objek yang menjadi sasaran
pengamatan. Menurut Chairani Hanum;
Populasi ialah kumpulan dari organisma-organisma sejenis yang dapat
berbiak silang sedangkan komunitas atau bisa juga diartikan sebagai kumpulan
dari beberapa populasi yang hidup di suatu
areal tertentu. Menurut Gunawan Susilowarno; Populasi adalah kumpulan
dari individu-individu yang terdiri dari satu spesies yang bersama sama
menempati luas wilayah yang sama, mengandalkan sumber daya yang sama, dan
dipengaruhi oleh faktor lingkungan sama serta memiliki kemungkinan yang tinggi
untuk berinteraksi satu sama lain. Jadi dapat disimpulkan bahwa populasi adalah
suatu kumpulan individu yang sejenis berada dalam satu lokasi yang sama
memiliki interaksi yang baik antar spesiesnya.
Kepiting kelapa atau ketam kelapa (Birgus latro) adalah
salah satu anggota dari ordo Decapoda yang banyak menghabiskan waktunya di
daratan. Kepiting kelapa adalah hewan crustacea yang paling besar dibandingkan
dengan jenis-jenis crustacea lainnya, sehingga dikenal sebagai Arthropoda
daratan terbesar di dunia. Kepiting kelapa (B. latro) merupakan salah satu
hewan yang hidupnya di sekitar pantai dan lebih aktif mencari makan pada malam
hari. Hewan ini merupakan salah satu hewan yang dilindungi oleh Pemerintah
Republik Indonesia (PP No 9 Tahun 1999), karena populasinya diperkirakan telah
menurun dan mulai jarang ditemukan di alam (Sulistiono et, all. 2009) dan
menurut heryanto et all, 2017 Kepiting ini di Indonesia telah dilindungi
oleh SK MenHut No. 12/Kpts/II/1987 yang disusuli dengan Peraturan Pemerintah
No. 7 Tahun 1999. Di dunia internasional, kepiting kenari masuk ke dalam daftar
merah IUCN artinya telah menjadi perhatian karena kelangkaannya, walaupun
termasuk dalam kategori “kurang data”.
Binatang ini tersebar di daerah tropika dari
Afrika sampai Kepulauan-kepulauan di Pasifik. Di Indonesia kepiting kenari
tersebar di Indonesia bagian timur dengan batas Selat Makassar sampai Papua.
Sampai sekarang ini yang telah diketahui dari peneliti-peneliti sebelumnya
adalah di Sulawesi (P. Pasoso, Kepulauan Togean, P. Kadatua, P. Lewotongkidi,
Kep. Kabaena), Maluku Utara (P. Ternate dan P. Kayoa).
Biologi kepiting kenari sedikit banyak sudah
diketahui. Hewan ini hidup terbatas di pulau-pulau. Kepiting kenari tumbuh amat
lambat, dan berada pada masa reproduksi setelah berumur antara 4 dan 8 tahun.
Individu dewasanya dapat mencapai ukuran 4 kg dengan waktu hidup sampai 30
tahun (Schiller 1992). Secara umum, perteluran kepiting kenari terjadi pada
musim panas. Di wilayah tropis perteluran cenderung hampir sepanjang tahun.
Telur akan dilepas ke perairan laut sekitar Oktober-November sampai Juni. Setelah
menetas di air laut anakan kepiting akan naik ke darat dan hidup sebagai
kelomang (Schiller et al. 1992, Amesbury 1980). Setelah dewasa mereka akan
tidak bergantung pada cangkang keong dan dorsalnya berubah menjadi kepingan
keras. Penulis di P. Kadatua menemukan satu ekor kelomang besar yang sudah
mulai mengembangkan tiga kepingan yang belum terlalu keras di bagian dorsalnya
walaupun hewan tersebut masih berlindung di dalam cangkang keong.
Di Kepulauan Pasifik, ukuran karapas yang diperbolehkan diambil untuk
kepentingan komersial adalah diatas 90 mm. Di Kepulauan Mariana, pemerintah
setempat memberlakukan izin penangkapan, pembatasan jumlah yang dapat diambil,
penutupan musim, serta pembatasan. Di Kepulauan Pasifik, ukuran yang
diperbolehkan diambil untuk kepentingan komersial adalah 600 gram. Di Kepulauan
Mariana, pemerintah setempat memberlakukan izin penangkapan, pembatasan jumlah
yang dapat diambil, penutupan musim, serta pembatasan ukuran (Amesbury 1980).
Menurut Heryanto et all. 2017, kepiting ini hidup di dalam gua-gua batu
karang yang umumnya gelap, lembab, dan bersuhu dingin. Selain itu, anak-anak
kepiting ini juga ditemukan di lubang-lubang karang yang menjadi fondasi rumah
di tepi pantai. Secara keseluruhan,
populasi kepiting kenari (Birgus latro) di Pulau Batudaka Kepulauan Togean
adalah 821.803 ± 195.030 ekor atau setara dengan kepadatan 525,71 ± 124,76 ekor
per ha2. Populasi ini termasuk rendah bila dibandingkan dengan tempat-tempat di
Pasifik, tetapi belum diketahui penyebabnya. Proporsi antara jantan dan betina
untuk kepiting kenari di Kulingkinari adalah 62,45% jantan dan 37,55% betina.
berdasarkan hasil heryanto juga didapatkan bahwa untuk betina, lebih cepat
berat atau gemuk daripada kepiting kenari jantan. oleh karena itu, untuk
menjaga kelestarian dari kepiting ini agar anak cucu kita masih bisa melihatnya
mari kita lestarikan dan mengurangi kegiatan penangkapan ilegal dari kepiting
ini.
Terimakasi telah meluangkan waktunya dalam
membaca postingan saya ini. atas perhatiannya saya ucapkan terimakasih dan
wassalamualaikum wr. wb.
Daftar Pustaka :
Heryanto & Daisy Wowor. 2016. Kajian Populasi Kepiting Kenari
di Pulau Batudaka Kepulauan Togean, Sulawesi Tengah dan Rekomendasi Manajemen
Populasi. Jurnal Biologi Indonesia 13(1): 149-156 (2017). Bidang Zoologi,
Puslit Biologi-LIPI. Jakarta.
Sulistiono, M.M. Kamal, Nurlisa A. Butet. 2009. Preliminary study
on the coconut crab (Birgus latro) rearing in captive pond. Jurnal Akuakultur
Indonesia, 8(1): 101-107 (2009). Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, IPB, Bogor.